Menjelajahi Kedalaman Laut Banda dari Sudut Pandang Oseanografi
Sebagai negara kepulauan Indonesia dikelilingi berbagai lautan yang luas. Luas wilayah Indonesia mencapai hingga 5,8 juta kilometer persegi (KKP, 2020). Dari Indonesia bagian Barat terdapat Laut Cina Selatan kemudian semakin ke Timur terdapat Laut Jawa, Laut Bali, Laut Flores, Laut Banda hingga Laut Arafura. Laut bagian Barat didominasi oleh laut dangkal karena letaknya di Paparan Sunda, sedangkan apabila semakin ke Timur lautnya didominasi oleh laut dalam hingga mencapai laut dangkal kembali yakni Laut Arafura yang juga terletak di atas paparan yakni Paparan Sahul. Diantara dua paparan tersebut, terdapat laut dalam yang memiliki kedalaman hingga lebih dari 7000 meter yakni Laut Banda.
Secara geografis, Laut Banda terletak di 3,50–70 LS dan 1260–1310 BT. Laut Banda dipisahkan dari Samudera Hindia oleh kepulauan Sunda Kecil di bagian Selatan. Di bagian Barat terdapat Pulau Sulawesi, Pulau Buru dan Pulau Seram di sisi Utara, terdapat Kepulauan Watu Bela, Kepulauan Kai dan Kepulauan Aru di sisi Timur serta Kepulauan Tanimbar, Kepulauan Babar, Kepulauan Damar dan Pulau Wetar berada di sisi Selatan.
Laut Banda memiliki berbagai fenomena oseanografi mulai dari adanya palung akibat pertemuan tiga lempeng tektonik, tempat terjadinya upwelling/downwelling hingga daerah aliran Arus Lintas Indonesia (Arlindo). Bagaimanakah penjelasan fenomena-fenomena tersebut, yuk kita simak bahasan berikut.
Profil Batimetri Laut Banda
Laut Banda memiliki bentuk dasar laut seperti cekungan (basin) yang memisahkan Paparan Sunda di sebelah Barat dan Paparan Sahul di sebelah Timur (Tapilatu, 2016). Terdapat basin di bagian Barat dan sebuah palung di bagian Timur. Dari Gambar 1 dapat diamati profil kedalaman Laut Banda. Kedalamannya berkisar dari 3000 hingga 7400 meter di titik terdalamnya. Titik terdalam di Laut Banda terletak di Palung Banda. Palung Banda merupakan bagian dari Busur Banda. Busur Banda merupakan daerah pertemuan tiga lempeng tektonik yakni Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik (Setyanta, 2010). Selain Palung Banda, di dalam Busur Banda terdapat pula palung lainnya seperti Palung Seram, Palung Timor, dan Palung Tanimbar.
Tempat Terjadinya Upwelling dan Downwelling
Kondisi parameter oseanografi di Laut Banda dapat menyebabkan fenomena upwelling dan downwelling. Upwelling merupakan fenomena naiknya air laut dari lapisan dalam ke permukaan sedangkan downwelling merupakan kebalikannya. Upwelling diakibatkan karena adanya gaya dorong angin di lapisan permukaan laut mendorong massa air sehingga terjadi kekosongan massa di bagian permukaan sehingga massa air dari lapisan alam naik ke permukaan mengisi kekosongan massa air tersebut. Sedangkan downwelling diakibatkan karena adanya penumpukan massa air laut di satu titik tertentu sehingga air dari permukaan terdorong masuk ke lapisan dalam.
Di Laut Banda, upwelling terjadi ketika musim timur ketika terjadi pergerakan massa air yang dominan ke arah Laut Flores dan Jawa, sementara massa air laut yang masuk dari Samudera Pasifik mengecil. Sedangkan downwelling terjadi ketika musim barat akibat masuknya air laut dari Laut Jawa dan Flores, serta massa air yang mengalir ke Samudera Pasifik (Ratnawati et. al., 2016). Kondisi upwelling menyebabkan penurunan suhu permukaan laut, meningkatnya salinitas serta meningkatnya unsur hara. Sedangkan kondisi downwelling menyebabkan meningkatnya suhu laut, menurunnya salinitas serta menurunnya unsur hara. Fenomena ini dapat mempengaruhi kesuburan perairan dan menciptakan variabilitas musiman.
Daerah Aliran Arus Lintas Indonesia
Arus Lintas Indonesia (ARLINDO) merupakan fenomena yang timbul akibat adanya perbedaan elevasi muka air laut di Samudera Pasifik sebelah Barat dengan Samudera Hindia sehingga menyebabkan arus yang mengalir dari Samudera Pasifik menuju Samudera Hindia melewati perairan Indonesia. Aliran massa air dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia sebagian besar terjadi di lapisan termoklin (Gordon et al., 1999).
Lintasan ARLINDO dapat diamati pada gambar 2. Berdasarkan gambar 2, Laut Banda merupakan salah satu daerah yang dilalui ARLINDO. Terdapat dua pintu masu ARLINDO ke Laut Banda. Pertama, massa air dari Samudera Pasifik masuk melalui Laut Sulawesi lalu ke Selat Makassar dan terbagi dua ke arah Selatan dan Timur. Massa air yang ke arah timur kemudian masuk ke Laut Banda dan terus melaju ke Timur hingga akhirnya dibelokkan ke arah Selatan di sekitar Busur Banda. Kedua, massa air Samudera Pasifik masuk melalui Laut Maluku lalu ke Laut Seram kemudian mengalir ke Selatan hingga memasuki Laut Banda. Aliran massa air tersebut kemudian sama-sama dibelokkan di Busur Banda ke arah Selatan hingga akhirnya keluar ke Samudera Hindia melalui Laut Timor.
Akhir Kata
Laut Banda merupakan daerah yang sangat dinamis dan dipengaruhi oleh berbagai fenomena oseanografi yang menarik. Masih banyak potensi serta fenomena yang dapat dipelajari di Laut Banda. Semoga kedepannya semakin banyak studi, penelitian, serta penemuan baru yang dapat memajukan oseanografi Indonesia. Mohon maaf jika terdapat kesalahan, penulis sangat terbuka untuk kritik dan saran.
Regards,
Chris P| chrispandujti@gmail.com | 12918036
Daftar Referensi:
Wijaya, A., Priyono, B. and Mahdalena, N.C., 2018. KARAKTERISTIK SPASIAL TEMPORAL KONDISI OSEANOGRAFI LAUT BANDA DAN HUBUNGANNYA DENGAN POTENSI
SUMBERDAYA PERIKANAN. JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research), 2(2), pp.75–85.Wijaya, A., Priyono, B. and Mahdalena, N.C., 2018. KARAKTERISTIK SPASIAL TEMPORAL KONDISI OSEANOGRAFI LAUT BANDA DAN HUBUNGANNYA DENGAN POTENSI SUMBERDAYA PERIKANAN. JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research), 2(2), pp.75–85.
Discussion of He et al. (2011, Geo-Marine Letters): Evidence of internal-wave and internal-tide deposits in the Middle Ordovician Xujiajuan Formation of the Xiangshan Group, Ningxia, China
Gordon AL, Susanto RD, Zheng Q. 2001b. Upwelling within the Indonesian Seas and its relation to Monsoon and ENSO. The Fifth IOC/WESTPAC International Scientifi c Symposium, Seoul, Republic of Korea, August 27–31.